Dalam keriuhan zaman yang terus berubah, tradisi dan kepercayaan yang membawa kedamaian dan makna mendalam tetap menjadi pijakan yang kokoh bagi masyarakat Hindu di Bali. Salah satu hari suci dalam kalender Bali adalah perayaan Buda Cemeng Merakih, yang mengajarkan tentang kesucian pikiran dan penghormatan kepada Sang Hyang Sri. Mari kita telusuri lebih jauh makna dan kekayaan spiritual yang terkandung dalam perayaan ini.
Pengertian Buda Cemeng Merakih
Buda Cemeng Merakih, juga dikenal sebagai Buda Wage Merakih, merupakan hari raya suci yang diperingati setiap enam bulan sekali atau 210 hari sekali oleh umat Hindu di Bali. Perayaan hari suci Buda Cemeng Merakih, terjadi ketika wewaran Saptawara Buda (Rabu)dan Pancawara Wage bertemu pada wuku Merakih.
Hari ini dianggap sebagai payogan Bhatari Manik Galih, di mana umat Hindu memberikan persembahan canang wangi-wangi sebagai ekspresi penghormatan dan kesetiaan kepada Sang Hyang Sri, mencerminkan rasa syukur dan spiritualitas yang mendalam dalam tradisi dan kepercayaan mereka.
Makna Buda Cemeng Merakih
Menurut lontar Sundarigama, Buda Wage atau Buda Cemeng memiliki makna yang mendalam dalam tradisi Hindu Bali. Dalam teks tersebut, disebutkan bahwa Buda Cemeng adalah waktu untuk mewujudkan inti hakekat kesucian pikiran dengan mengendalikan sifat-sifat kenafsuan atau indria.
Buda Wage, ngaraning Buda Cemeng, kalingania adnyana suksema pegating indria, Betari Manik Galih sira mayoga, nurunaken Sang Hyang Ongkara Mertha ring sanggar, muang ring luwuring aturu, astawakna ring seri nini kunang duluring diana semadi ring latri kala.
Artinya berdasarkan terjemahan lontar Sundarigama yang diterbitkan oleh Parisada Hindu Dharma (PHDI) Kabupaten Tabanan tahun 1976 yakni:
Buda Waga, yang juga dikenal sebagai Buda Cemeng, memiliki makna penting dalam mewujudkan kesucian pikiran dengan mengendalikan sifat-sifat kenafsuan atau indria. Hari ini dianggap sebagai payogan Bhatari Manik Galih, di mana umat Hindu mempersembahkan canang wangi-wangi sebagai wujud penghormatan kepada Sang Hyang Sri.
Ritual pemujaan dilakukan di sanggar dan di atas tempat tidur, sementara persembahan diberikan kepada Sang Hyang Sri. Pada malam harinya, umat Hindu melakukan renungan suci untuk menenangkan pikiran, mencari kedamaian, dan kebahagiaan dalam hidup mereka.
Dengan demikian, Buda Cemeng Merakih bukan hanya merupakan hari raya, tetapi juga momen penting bagi umat Hindu Bali untuk memperkuat spiritualitas mereka dan merayakan kebersamaan dengan Sang Hyang Sri serta mencari kesucian dan kedamaian batin.
Piodalan Bertepatan Dengan Buda Cemeng Merakih
Pada hari raya Buda Cemeng Merakih, beberapa piodalan di Pura juga diselenggarakan untuk memperingati penting ini. Berikut adalah beberapa Pura yang mengadakan piodalan bertepatan dengan Buda Wage Merakih:
- Pura Bendesa Mas Kepisah - Pedungan, Denpasar Selatan
- Pura Desa Silakarang - Singapadu
- Pura Dalem Petitenget - Kerobokan, Kuta
- Pura Dalem Pulasari - Samplangan, Gianyar
- Pura Kubayan - Kepisah, Pedungan, Denpasar Selatan
- Pura Pasek Gelgel Banjar Tanahpegat - Tabanan
- Pura Paibon Banjar Bengkel - Sumerta, Denpasar
- Pura Pasek Lumintang - Denpasar
- Pura Panti Penyarikan Medahan - Sanding, Tampaksiring
- Pura Pasar Agung Banjar Dauh Peken - Kaba-kaba, Tabanan
Posting Komentar